Cari Postingan

Terjemahkan Blog dengan klik bendera yang ada dibawah ini :

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Bergabung di Komunitas Jaring Penulis Kaltim

Berkumpul bersama mereka, mengupas habis tentang satra dan seni membuat wawasan semakin luas. Betapa aku bukan siapa-siapa. Semakin memahami bahwa Belajar bisa dimana saja. Memilih teman yang tepat juga adalah belajar.

Hari pertama bergabung tepatnya 14 Januari di Langsungkan di Kampung Literasi Komunitas Ladang, disana bertemu dengan Mas Ebid, Pak De' AGus, Pak Herman, Pak Dahri, Mas Pandu, Mas Cai, Mas Panji dan jantung hatinya, serta Mas Amin dan teman hidupnya

Bincang sastra saat itu membahas karya sastra sebuah antologi cerpen pilihan Kompas Tahun 2014 Karya Faisal Oddang yang berjudul Di Tubuh Tarra, dalam Rahim Pohon: 

dari pembahasan hari ini, banyak istilah sastra yang susah dipahami umum yang digunakan Faisal Oddang pada karyanya. Fasial Oddang mengenalkan sebuah Tradisi penguburan jasad bayi pada pohon yang dilakukan di Tanah Toraja. Mungkin inilah salah satu yang membuat cerpen ini menjadi booming karena mengangkat kebudayaan lokal.

Walaupun 19 tahun berdomisili di Kota Makassar, hari ini saya baru tau, kalau selain upacara "Ma'badong" untuk penyelenggaraan jenazah yang dikuburkan dalam gua, ternyata ada satu perlakuan penguburan jenazah lainnya yang dikubur pada batang Pohon Tara.
Yuk sinak kisah Pohon Tara berikut ini oleh Nanarahmanto

Menurut penduduk setempat, pohon tarra ini adalah pohon khusus sejenis sukun, -yang bergetah-, yang dijadikan tempat untuk menyimpan jasad bayi yang belum tumbuh gigi. (Catatan: anak-anak usia 0 hingga hampir 7 tahun masih dianggap bayi, karena masih bergigi susu/belum tumbuh gigi dewasa).

Pohon ini dilubangi, kemudian dalam upacara /ritual khusus, jasad bayi dimasukkan ke dalamnya, lalu lubang tersebut ditutup dengan ijuk yang dipakukan dengan pasak kayu.

Para bayi yang meninggal ini ditempatkan dalam pohon tarra sesuai arah rumah orangtuanya. Jika rumah orang tua si bayi berada di sisi utara pohon tarra ini, maka lubang kuburnya pun akan berada di sisi utara.

Cara ini telah dilakukan masyarakat Toraja sejak beratus-ratus tahun yang lalu. Maksudnya, agar jasad bayi yang masih bertulang lunak itu tak diganggu binatang buas.

Dengan menyimpan jasad bayi di dalam pohon tarra, dipercaya, para bayi itu “dikembalikan” pada garba sang ibu, dan getah tarra-lah air susunya…

Setelah bertahun-tahun, lubang itu akan menutup “luka” di batangnya. Dari luar hanya akan tampak tutup saput ijuknya. Di baliknya, mungkin saja lubang itu telah menutup rapat, memeluk sisa jasad bayi di dalamnya, menjaganya dengan perkasa.